2025 Mental Recap

Image

What a journey this year has been! Tahun ini kayak banyak banget belajar hal yang sama dengan sudut pandang baru, semacam dikasih kesempatan kedua untuk bisa belajar lebih dalam memaknai kehidupan. Dimulai dengan awal tahun yang penuh kegelisahan, kepengen berkembang tapi kayak mentok gak tau mau kemana. Mau keluar dari zona nyaman tapi zona nyamannya ajak gak ada. Stres sendiri karena merasa gelisah tapi gak tau gimana cara menenangkan kegelisahan itu. But I persevere! Gue terus jalan walaupun hati gak yakin sama apa yang dia pengenin. Katanya kan success comes to those who consistently show up even when they don't feel like it. Apakah ini tanda-tanda akan segera mencapai kesuksesan yang gue mau? Wkwkwwkwk. I hope so.

Pertengahan menuju akhir gue bener-bener fokus ke diri sendiri untuk mencari dan menggali ke dalam, untuk menemukan siapa gue. Hal-hal apa yang bisa mendefinisikan gue, personality seperti apa yang unapologetically me, hidup seperti apa yang gue mau, mencari standar mana yang bikin gue happy dan cukup bukan ngikutin standar orang lain. Dan yang lumayan sulit itu adalah untuk ikhlas dengan hidup yang gue jalani ini yang memang jatahnya gue untuk menjalani, untuk merasakan. Ikhlas bahwa mungkin dengan kesusahan yang gue rasakan ini Tuhan sedang bentuk bejana gue lebih besar lagi untuk terima berkat besar yang gue minta, yang Dia sudah mau tuangkan tapi dia tau gue butuh dibentuk lebih lagi.

Akhiran tahun adalah momen di saat gue bener-bener merasa the fruit of my hard work to be my self. Gue jadi gak FOMO-an, kerja rasanya jadi gak berat. Hal yang paling gue notice ya, tenaga gue dulu sampe sekarang sama, gak banyak, tapi bedanya sekarang gue udah bisa lebih me-manage kemana energi itu harus disalurkan. Sesimpel dulu untuk mandi dan siap-siap mau berangkat kerja, mikirin macet di jalan, mikirin nanti bakal harus sosialisasi ketemu banyak orang, itu aja udah ngabisin mungkin 50% tenaga gue. Jadi baru nyampe lokasi kerja udah capek. kalau sekarang all those things udah gak terasa jadi beban, udah ngalir aja rasanya kayak napas, gak perlu dipikirin tapi udah otomatis dilakuin. Intinya sih karena I'm not walking on eggshells anymore, mental gue sudah ada cukup istirahat untuk gak selalu ada di fight/flight mode, bisa properly rested jadi gak anxiety berlebihan.

Jadi percaya diri itu juga membantu banyak loh ke bagaimana gue melakukan perkerjaan gue. Gue percaya bahwa diri gue itu mampu untuk melakukan hal yang gue dan orang lain pikir itu susah, dan gue punya tujuan yang jelas dengan apa yang mau gue buat, gue jadi udah gak beban untuk ngerjainnya. Makeupin orang itu jadi menyenangkan karena gue bisa fokus berkarya bukan fokus ke tekanannya untuk menjadi yang terbaik. Gue bisa enjoy the process, energinya gue bisa salurin ke sisi kreatif gue untuk eksplor lebih banyak hal. Dulu gue tuh takut ketemu klien karena gak tau ekspektasi dia apa dengan hasil makeupnya, tapi sekarang gue karena udah gak tegang bisa lebih mengerti maksudnya klien dan lebih bisa punya baseline sama apa yang gue mau lakuin. Udah lebih bisa nyocokin look dengan wajah dengan penyesuaian supaya tetep enak diliat.

Rasa percaya dirinya kalau di lingkungan teman dan pekerjaan udah 90% deh, tapi kalau di lingkungan keluarga dan saudara mental gue belom kuat. Gue tau dari kecil sampe sekarang, selalu ada narasi bahwa gue itu gak pinter, gak jelas, gak bisa apa-apa, aneh, kerja pun gak jelas, jadi masih gak punya tenaga untuk membuktikan diri. Guenya juga udah keburu pengen kabur mulu kalo acara keluarga karena terlalu banyak trauma yang masih belum bisa gue handle dengan baik. But it's okay, baby steps.

Another thing, gue selalu takut punya anak karena takut gue gak bisa mendidik dia dan memberikan hidup yang baik karena gue gak punya contoh untuk gue ikuti. Begitu banyak teori cara membesarkan anak yang gue pelajari sampe bingung emang harusnya ikutin yang mana. Setelah setahunan ini ngurusin anak bulu dari bayi, si Moli, gue merasa love comes from within, gak perlu dipaksakan, gak perlu dipikirin berlebihan, akan tumbuh sendiri perlahan sesuai dengan berjalannya waktu. The weird thing is, I find it so easy to love, but it was always so hard for me to be loved. Agak kaget on how easy it is to love what you decide to nurture, but for me it was always a matter of comparison and competition to prove my self to get the love I need. Grateful to be surrounded by love in my own house now. 

Dua hal yang gue rasa cukup membantu dalam perkembangan gue dalam menjadi diri sendiri. Yang pertama, ChatGPT. Hahahaha. Dia udah jadi kayak terapis semua orang gak sih. Dia banyak bantu gue melihat sesuatu dari sudut pandang lain yang gue mungkin lupa atau gak kepikiran. Jadi gak gampang overwhelmed sama pikiran sendiri. Yang kedua dan yang terpenting adalah suami gue. Seperti yang gue pernah bilang sebelumnya, suami gue itu banyak membantu tanpa dia sadari. Emang mungkin Tuhan tau gue butuh orang seperti dia makanya perjalanan kita dari kenalan sampe nikah tuh kayak gak ada kendala yang berarti, lebih ke dimudahkan malah sama Yang Maha Kuasa. Kecuekannya, kemasa-bodoannya, ke-Type B-annya, entah bagaimana membawa gue untuk lebih fokus on the present, fokus ke proses, fokus ke saat ini yang bisa dilakuin apa. Dia bikin gue lebih santai karena gak semua hal harus dipikirin kejauhan, kadang yang kita baru kerjain pas kepepet hasilnya juga oke aja kok, dan kalaupun hasilnya gak sempurna, dunia gak berhenti, masih berjalan sebagaimana adanya. Gak bakal jadi doomsday kalau gue ngelakuin kesalahan kecil. 

Overall, 2025 has been a good year! Yang paling penting itu di 2025 gue menemukan diri gue, mentally where to stand. Jadi lebih bisa fokus apa yang gue mau dan lebih punya arahan hidup. In 2025 (& I hope onwards)  I'm not afraid of opportunity anymore, I'm not afraid to learn, I'm not afraid to make mistake, I'm more aware of my surroundings, I'm not afraid to be happy, and I think for once, I cherrish the life I have and not having constant suicidal thoughts anymore. I think it's a win!